Sekilas Tentang DEMAM TIFOID
BAB I
DEFINISI DAN ETIOLOGI
A.
Definisi
Demam
tifoid adalah infeksi bakterial sistemik yang diakibatkan oleh Salmonella typhi (Maskalyk J. 2003). Sembila puluh enam persen
(96%) kasus demam tifoid disebabkan S.thypi,
sisanya disebabkan oleh S.parathypi
(Pudjiadi et all., 2010). Menurut
Raffatellu et all. (2003) Salmonella
enteric yang merupakan penyebab gastroenteritis juga dapat menyebabkan demam tifoid. Demam tifoid adalah penyakit serius yang banyak
terjadi pada negara-negara kecil juga pada negara berkembang (Yap et all.,
2007). Demam tifoid juga merupakan
penyakit endemis di Indonesia (Pudjiadi et all., 2010). Penyakit ini termasuk
penyakit menular yang tercantum dalam Undang-undang Momor 6 tahun 1962 tentang
wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan
dapat penyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah (Sudoyo et all., 2009).
Transmisi demam tifoid memiliki beberapa mode antara lain, transmisi oral lewat
makanan yang infeksius, dan transmisi hand-to-mouth
lewat toilet atau usap mulut (Brusch et all., 2009).
Menurut
Keputusan Menteri Kesehatan Republuk Indonesia Nomor 364/Menkes/v/2006
menimbang bahwa penyakit tifoid merupakan penyakit yangmengancam kesehatan
masyarakat di Indonesia, oleh karenanya dalam meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat sejak usia dini, perlu dilakukan upaya pengendalian demam tifoid
dengan pemeriksaan berkala, pengobatan, pengamatan penyakit, perbaikan
kesehatan lingkungan dan penyuluhan kesehatan.
Demam tifoid (selanjutnya di sebut tifoid saja) atau
tifus abdominalis sangat erat kaitannya dengan kualitas yang mendalam dari
hygiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang seperti hygiene perorangan,
lingkungan yang kumuh, kebersihan tempat-tempat umum yang kurang serta perilaku
masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
B.
Etiologi
1.
Salmonella thyposa
2.
Salmonella parathypi A
3.
Salmonella parathypi B
4.
Salmonella parathypi C
5. Faces
dan Urin dari penderita thypus.
BAB II
TANDA DAN GEJALA SERTA KOMPLIKASI
A.
Tanda dan Gejala
1.
Demam
Demam
atau panas adalah gejala utama demam tifoid. Pada awaal sakit demam
samar-samar saja, selanjutnya suhu tubuh
sering turun naik. Pagi lebih rendah atau normal, sore dan malam lebih tinggi
(demam intenitten). Dari hari ke hari intensitas makin tinggi yang disertai
banyak gejala lain seperti sakit kepala yang sering dirasakan diaarea frontal,
nyeri otot, pegal-pegal, insomia, anoreksia, mual dan muntah. Bila pasien membaik maka di minggu ke
3 suhu badan berangsur turun dan dapat normal kembali pada akhir minggu ke 3.
Perlu di perhatikan bahwa demam yang khas tipoid tersebut tidak selalu ada.
Tipe demam menjadi tidak beraturan. Hal ini mungkin karena intervensi
pengobatan atau komplikasi yang terjadi lebih awal. Bada anak-anak biasanya
demam tinggi daat menimbulkan kejang.
2.
Ganguan Saluran Pencernaan
Sering
di temukan bau mulut yang tidak sedap karena demam yang lama. Bibir kering dan
biasanya disertai bibir pecah-pecah.lidah terlihat kotor dan di tutupi selaput
putih. Ujung dan tepi lidah kotor dan teremor (coated tongue atau selaput
putih), jarang ditemukan pada penderita anak-anak. Umumnya penderita mengeluh
nyeri perut, terutama regioepigastrik (nyeri ulu hati), disertai mual dan
muntah, pada awal sakit sering konstipasi dan minggu selanjutnya diare.
3.
Gangguan Kesadaran
Adanya
penurunan kesadaran ringan.
4.
Hepatosplenomegali
Hati
atau limafa ditemukan sering membesaar, hatiterasa kenyal dan nyeri tekan.
5.
Bradkardia relatif dan gejala lain
Bradikardi
relatif tidak sering di temukan. Bradikardi relatif adalah peningkatan suhu
tubuh yang tidak diikutu oleh frekuensi nadi. Patokanyang sering dipakai adalah
setiap kenaikan 1 derajat celcius tidak diikuti peningkatan frekuensi 8denyut
nadi dalam 1 menit. Gejala lainnya adalah terdapatnya rose spot atau vlek merah
muda, nafsu makan menurun, menggigil dan badan terasa lemah/lemas.
B.
Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi di dalam :
1.
Komplikasi intestinal :
a.
Perdarahan usus
b.
Perforasi usus
c.
Ileus paralitik
2.
Komplikasi ekstraintetstinal
a.
Komplikasi kardiovaskular:
kegagalan sirkulasi perifer (renjatan/sepsis), miokarditis, trombosis dan
tromboflebitis.
b.
Komplikasi darah: anemia
hemolitik, trombositopenia dan atau koagulasi intravaskular diseminata dan
sindrom uremia hemoltilik.
c.
Komplikasi paru: penuomonia,
empiema dan peluritis.
d.
Komplikasi hepar dan kandung
kemih: hepatitis dan kolelitiasis.
e.
Komplikasi ginjal:
glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.
f.
Komplikasi tulang: osteomielitis,
periostitis, spondilitis dan artritis.
g.
Komplikasi neuropsikiatrik:
delirium, mengingismus, meningitis, polineuritis perifer, sindrim
Guillain-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.
Pada anak-anaka
dengan demam paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi lebih
sering terjadi pada keadaan toksemia berat dan kelemahan umum, bila perawatan
pasien kurang sempurna.
Hanya sampai disini yang dapat saya sampaikan, artikel ini merupakan tugas sekolah. Semoga informasi diatas dapat bermanfaat untuk semua. Terima Kasih.... :)
Comments
Post a Comment